Kamis, 07 Februari 2013

MENCINTAI BAHASA DAERAH


MENCINTAI BAHASA DAERAH (Pergeseran Nilai Budaya berbahasa Dalam kerangka kehidupan sosial Generasi Muda Terhadap Bahasa Ma’anyan) 
Oleh Herwin N Herkuni 
             Dewasa ini Bangsa Indonesia tanpa sadar tidak dapat menangkal yang namanya pengaruh gobalisasi, banyak hal yang kita konsumsi dan ambil dari nilai pola berbudaya bangsa asing bahkan bangsa ini sendiri telah melahirkan beberapa budaya yang sebenarnya dapat berpengaruh buruk terhadap budaya lokal yang sudah lama berkembang yang notabenenya sudah menjadi suatu pedoman dan pengaruh dalam kehidupan social masyarakat, kita lihat dari beberapa contoh kehidupan masyarakat sekarang dalam budaya gotong royong yang merupakan jiwa bangsa sudah mulai hilang, namun hal ini hanya dapat kita temukan dalam kehidupan pedesaan dan tidak kita temukan dalam kehidupan masyarakat perkotaan moderen, hal ini sudah di bataskan oleh tembok-tembok rumah yang begitu tingginya, sehingga rasa kepedulian terhadap sekitar pun hilang, akankah hal itu juga berpengaruh dalam kehidupan berbahasa antar tetangga tersebut bahasa social seperti apa yang digunakan. Begitu pula halnya dengan masyarakat/kelompok/suku lokal yang menjadi ari-ari bangsa ini diamana bahasa yang digunakan hanya dalam kelompok itu saja tidak di gunakan dalam sekala nasional.
             Demikian halnya kita takutkan dalam hal berbahasa dalam konteks kedaerahan yaitu bahasa daerah dimana bahasa itu sendiri merupakan pengantar atau jembatan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam tatanan kelompok atau daerah tertentu, sekarang permasalahannya siapa mempengaruhi siapa, tanpa sadar dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai adanya pencampuran bahasa dengan bahasa lain (dalam konteks berkomunikasi dengan bahasa lokal/daerah namun banyak pencampuran menggunakan kata dari bahasa Indonesia ataupun bahasa lainnya.) Pada kesempatan ini penulis mencoba menkerucutkan pembahasan masalah, dimana pembahasan ini nantinya akan menitikberatkan kehidupan sosial dalam bahasa daerah(lokal) melalui kerangka kehidupan sosial Masyarakat Daerah yaitu bahasa Ma’anyan.
          Secara umum, Masyarakat Ma’anyan Merupakan bagian Dari Subsuku Dayak yang mendiami Pulau kalimantan dimana Ma’anyan merupakan Bagian dari Kehidupan berbudaya Suku Dayak Pada Umumnya. Subsuku Dayak Maanyan mendiami bagian timur Kalimantan Tengah terutama di kabupaten Barito Timur dan sebagian kabupaten Barito Selatan yang disebut Maanyan I. Suku Maanyan juga mendiami bagian utara Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Tabalong yang disebut Dayak Warukin. Dayak Balangan (Dusun Balangan) yang terdapat di Kabupaten Balangan dan Dayak Samihim yang terdapat di Kabupaten Kotabaru juga digolongkan ke dalam suku Maanyan. Suku Maanyan di Kalimantan Selatan dikelompokkan sebagai Maanyan II. Bentangan wilayah yang cukup luas ini sangat bervariasi, berbukit-bukit dan ada pula dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Sungai Barito. Orang Maanyan sendiri tidak hanya tinggal di sepanjang aliran sungai melainkan mayoritas di daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit. Khusus untuk orang Ma’anyan, lingua franca atau bahasa yang biasa dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Ma’anyan. Bahasa Dayak Maanyan banyak memiliki persamaan dengan bahasa di Madagaskar. Bahasa Maanyan memiliki dialek yang berbeda-beda sesuai dengan kampung di mana mereka tinggal tetapi tetap saling mengerti satu dengan yang lain (Paju Epat, Kampung Sepuluh, dan Banua lima). Hal lain yang cukup menarik juga, dalam kehidupan sehari-hari orang Maanyan menggunakan bahasa Banjar (bahasa sehari-hari penduduk di Kalimantan Selatan) sebagai bahasa pengantar biasanya digunakan dalam kehidupan berniaga/ transaksi dagang di pasar dimana Bahasa Banjar biasa digunakan karena bahasa tersebut menjadi pengantar dalam hubungan ekonomi dan perdagangan. Sedangkan Bahasa Indonesia digunakan di sekolah-sekolah, perkantoran maupun hal-hal yang bersifat resmi. Bahasa yang digunakan dalam bidang sastra dan penuturan tradisi disebut dengan bahasa Pangunraun. Bahasa ini adalah Bahasa Maanyan yang begitu halus dan hanya orang-orang tertentu saja yang menguasainya. Bahasa ini sangat klasik dan tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti dan menguasainya. Biasanya bahasa ini digunakan oleh para Balian dalam upacara-upacara adat berlangsung. Sangat disayangkan bahasa ini hampir punah karena orang tua jarang mengajarkannya kepada keturunannya. Selain itu ketertarikan generasi muda untuk belajar bahasa ini juga tidak ada. Bahasa Pangunraun adalah bahasa sakral keagamaan. Demikian halnya dengan bahasa ma’anyan yang di kenal dan digunakan dalam bahasa sosial sehari-hari Pengaruh bahasa terhadap kehidupan sosial masyarakat.
          Dipandang dari sudut teoritiknya Bahasa dalam pengaruh social yang merupakan salah satu Sikap sosial yang berbeda dengan sikap sosiologi, sikap sosial merupakan perbuatan seseorang yang tidak mementingkan kepentingan individu melainkan kepentingan bersama dan sikap ini menjadi sikap yang alami dimiliki oleh setiap orang, orang yang punya sikap sosial yang baik tidak dapat disamakan dengan yang punya sikap sosiologis, sikap social terjadi proses interaksi seorang dengan yang lain dalam suatu kelompok ataupun antar kelompok. sedangkan sikap sosiologis merupakan kemampuan yang di miliki seseorang atas dasar penguasaan ilmu sosiologi dan mampu menerapkan dan menganalisis aspek-aspek dan dimensi sosial dalam kehidupan masyarakat, Namun sekarang apa kaitannya dengan pengaruh social dengan pengaruh berbahasa terhadap sikap atau perilaku sehari-hari social masyarakat hal ini dapat di lihat dari teori tokoh sosiolog Ariestoteles (384-322). Ia telah mempelajari tingkah laku manusia, sebagai individu atau kelompok sejauh merupakan kenyataan. tingkah laku itu di pandang dari dua segi sebagai berikut : 1 sejauh mengungkapkan suatu philia (kecendrungan ) bawaan kepada kebersamaan dan solidaritas. 2 sejauh membentuk kelompok-kelompok khusus seperti keluarga yang merangkap sebagai unit ekonomi desa, kota, perkumpulan-perkumpulan suku rela dengan ini disebut KOINONIA.
          Dalam bahasan poin satu ini pengaruh social dalam suatu kelompok sangat erat kaitannya dengan pengaruh berbahasa, proses interaksi sosialnya adalah dengan penggunaan bahasa atau penyampaian maksud dan proses didalamnya menggunakan bahasa sebagai jembatan atau pengantar ide dan pikiran, selanjudnya berhubungan dengan pergeseran budaya dalam berhahasa dalam konteks social masyarakat, jadi suatu kelompok yang memiliki satu bahasa dengan menggunakan bahasa lokal dapat dengan mudah mengadopsi kata atau bahasa lain yang dibawa oleh seorang ataupun kelompok lain yang mempengaruhi bahasa kelompok tersebut, memang penulis belum ada melakukan penelitian secara teoritis untuk membenarkan pernyataan di atas namun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita dapat dengan mudah menemukannya.
          Dengan kata lain masuknya IPTEK dalam tatanan social masyarakat lokal akan berpengaruh dalam kehidupan sosialnya, sebagai contoh dalam penggunaan telephone gengam(Handphone) segala sesuatu dalam konteks social di permudah, kita tidak perlu lagi bertatap muka dalam membicarakan sesuatu dengan seseorang walaupun lawan bicara jauh jaraknya dengan kita, akankah itu juga berpengaruh dalam kehidupan social si pengguna, proses interaksi social tampaknya hanya berjalan di udara saja tidak adanya proses interaksi secara langsung dapat memperbesar potensi renggangnya sikap bersosial seseorang. Selanjutnya pemetaan pada penggunaan Bahasa Daerah dalam konteks kehidupan Sosial masyarakat. Terdapat dua lini penting yang mempunyai peran dalam upaya pelestariannya Melalui pemahaman kerangka berfikir di atas penulis coba simpulkan bahwa sudah jelas permasalahanya adalah pada adanya suatu ketertarikan generasi muda untuk belajar akan pentingnya melestarikan Bahasa daerah karena pemuda lah yang nantinya menjadi tonggak dalam kemajuan dan kehidupan bangsa terlebih pada daerahnya dimana ia tinggal dan juga adanya peran Pemerintah untuk meramu formula dalam menerapkannya di kehidupan kaum muda melalui dunia pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar